Gunung Bawakaraeng Jalur Tassoso


Gunung Bawakaraeng. Salah satu gunung yang ramai dikunjungi oleh para pendaki dan penggiat alam bebas, baik dari Sulawesi maupun mereka yang berasal dari luar. Aksesnya yang dekat dari kota Makassar dan pemandangan indah yang terhampar membuat gunung ini menjadi gunung favorit bagi para pendaki. Jalur pendakian yang paling umum untuk mendaki Gunung Bawakaraeng adalah melalui Desa Lembanna Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.
Karena terletak pada perbatasan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Sinjai maka gunung ini dapat didaki dari segala penjuru. Beberapa jalur lain yang dapat dilalui untuk sampai ke puncaknya yakni melalui Panaikang, Kanreapia, Tassoso, atau bahkan lewat jalur lintas dari Gunung Lompobattang. Pada pendakian kali ini jalur yang ditempuh melalui Dusun Tassoso di Sinjai Barat.

Tujuan Kegiatan
  •   Survey jalur pendakian Tassoso – puncak Bawakaraeng
  •    Pengenalan lokasi, adat istiadat, serta kearifan lokal penduduk Tassoso
  •   Peningkatan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan dasar kepencintaalaman

Sekilas Tassoso
Dusun Tassoso secara geografis terletak pada koordinat S 5o 16’ 59,11” E 119o 58’ 30”. Secara administratif terletak di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Mata pencarian penduduknya sebagian besar adalah bertani, beternak, serta berkebun. Perkebunan penduduk antara lain Wortel, Kacang Tanah, Tomat, Semangka, Kopi, Jagung, Bawang, dan beberapa tanaman lainnya.

 Penyampaian Daerah
Akses transportasi dari Makassar yaitu melalui jalur poros Malino – Sinjai. Adapun rutenya dari Makassar yaitu naik motor atau angkot ke terminal Mallengkeri, kemudian dari terminal naik mobil jurusan Mannipi, Sinjai Barat yang akan mengantarkan langsung ke Tassoso. Jika anggota tim yang berangkat cukup banyak, sopir dapat langsung menjemput di Makassar. (Makassar – Tassoso Rp 60.000/org)

Kesan Pendakian
Jalur pendakian Bawakaraeng via Tassoso relatif lebih singkat dari jalur Lembanna namun bukan berarti lebih mudah, justru jalurnya full tanjakan dan jarang bonus. Jalur cukup jelas namun string line yang terpasang agak kurang sehingga wajib hati-hati dalam memperhatikan kondisi jalur pendakian. Jalur akan bertemu dengan jalur Lembanna di pos 9. 

Penanda pos yang ditemui juga tidak lengkap, yang terpasang hanya pos 3, 4, dan 8, namun dari penjelasan penduduk yang kami temui di jalur pendakian bisa diketahui lokasi dan ciri pos 1, 2, dan 5.
Setelah lepas dari pemukiman, akan dijumpai perkebunan penduduk. Hati-hati, di sini jalur cukup membingungkan. Setelah melewati perkebunan akan tiba di pos 1. Tidak ada penanda pos yang ada hanya tugu batu kecil. Jalur ke pos 2 akan melewati beberapa sungai kecil kemudian akan dijumpai jalan setapak hingga ke pos 2. Pos 2 berupa bendungan untuk irigasi penduduk. Tidak ada penanda pos. Di seberang bendungan ada string line penanda jalur ke pos 3. Dari sini akan dijumpai banyak percabangan jadi harus lebih sigap dalam memperhatikan string line yang sangat kurang. Jalur kemudian akan melintasi sungai yang cukup besar. Sungai ini adalah sumber air terakhir karena sumber air berikutnya akan dijumpai di pos 8. Setelah melintasi sungai jalur semakin jelas namun frekuensi stringline masih kurang jadi harus tetapa waspada. Dalam perjalanan akan dijumpai papan penanda pos 3 dan pos 4. Kemudian akan dijumpai daerah yang cukup datar luas dan batu besar yang menurut penduduk adalah pos 5. Waktu tempuh dari Tassoso ke pos 5 adalah 1,5 – 2 jam. Selepas pos 5 jalur akan lebih terjal dan banyak pohon tumbang yang membuat jalur kadang terputus. Pendaki harus jeli mengamati string line yang sangat kurang dan mampu membedakan kondisi tanah pijakan dari jalur. Tidak ada penanda pos 6 dan pos 7 hingga akhirnya tiba di pos 8 yang berupa area rerumputan yang luas adan terdapat pohon tumbang. Di sini terdapat sumber air berupa telaga dan aliran air yang kecil yang tidak terlalu jauh. Menurut penduduk, pos ini sering dipakai camp sebelum ke puncak. Jalur menuju pos 9 cukup tersembunyi di balik semak, berada di kanan jalur dari pos 8. Pos 9 adalah pertemuan dengan jalur Lembanna. Waktu tempuh dari pos 5 adalah 3-4 jam.

Jalur pendakian dari titik start menuju pos 9 cenderung  tertutup dengan vegetasi yang agak rapat  namun pendaki hendaknya tetap waspada dengan kemungkinan terserang badai. Jalur Tassoso lebih sering didaki oleh penduduk setempat serta pendaki atau warga dari Bone dan Sinjai. Umumnya mereka naik pada bulan Juli – September. Bagi pendaki yang pertama kali lewat jalur ini hendaknya membawa peralatan navigasi yang memadai serta mengumpulkan info sebanyak mungkin atau dapat juga meminta bantuan dari penduduk setempat untuk diantar bila mereka tidak keberatan.

Perizinan
Perizinan cukup mudah. Cukup melapor di rumah Kepala Dusun. Rumah tersebut sering dipakai para pendaki untuk bermalam sebelum melanjutkan pendakian esok hari. Bagi pendaki yang menggunakan motor dapat memarkir kendaraannya di rumah tersebut.  

 Ucapan Terima Kasih
  • Tuhan Yang Maha Kuasa
  • penduduk di dusun Tassoso dan jalur pendakian
  • keluarga Nurul Muhlisah (Ω.12.XVII.168) di Mannipi
  • k' Naja (Ω.96.P.001)
  • rekan-rekan PA Makassar atas info jalurnya (Hari Thok, Garis Hijau, Coco Krunch, dll)

base camp tassoso (rumah pak dusun)

pos 2, bendungan irigasi warga
pos 8.
sumber air terakhir menuju pos 3
menuju pos 2. sungai ini kadang meluap saat musim hujan sehingga sulit disebrangi
ladang penduduk, dari pos 1 menuju base camp
persiapan pulang ke Mannipi



Comments
2 Comments

2 komentar:

Celly Again mengatakan...

Banyaaaakkkkkkkk pacetnya..

KPA OMEGA mengatakan...

umumnya pacet akan sangat banyak dijumpai pada saat musim penghujan atau kondisi jalur sedang basah. Tidak hanya di jalur ini, jalur Lembanna pun demikian. Pun begitu dengan Bulu Saraung, Lompobattang, Rantemario,dll

Posting Komentar

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP